Barangkali sobat blogger sudah tidak asing lagi
dengan istilah Inline Ads. Ya, Inline ads adalah jenis periklanan Pay Per Clik
(PPC) yang muncul pada kata-kata tertentu di sebuah konten atau artikel blog.
Kemunculan inline ads ini biasanya ditandai dengan dua garis bawah yang jika
kita mengarahkan mouse ke kata-kata yang bergaris bawah tersebut, akan muncul
pop up yang berisi materi iklan tertentu. Kenapa ditandai dengan dua garis
bawah? Hal Ini untuk membedakan link natural yang dipasang pada sebuah konten
atau artikel blog degan link iklan inline itu sendiri. Sobat tentu sangat akrab
degan layanan PPC infolink. Ya, seperti itulah konsep inline ads.
Saya sediri pernah mendaftarkan beberapa blog saya
ke infolink, namun ditolak dengan alasan bahasa. Sebab, menurut keterangan
email balasan dari infolink, mereka hanya menerima blog atau website yang
berbahasa Inggris dan Spanyol. Kemudian, beberapa hari yang lalu, saya sempat
mendaftarkan blog ini ke sebuah website lokal yang menyediakan layanan Pay Per
Click (PPC) dengan bentuk sama persis seperti infolink. Setelah diterima
mendaftar, kemudian saya langsung memasang script iklan di blog saya. Kemudian
beberapa artikel blog saya buka, dan iklan langsung muncul berbentuk persis apa
yang saya tuliskan di atas. Hanya saja, beberapa hari kemudian saya melepas
script iklan inline tersebut.
Kenapa Saya
Tidak Memasang Inline Ads?
Sejatinya, saya sangat menyukai bentuk inline ads
yang tidak banyak memakan tempat di blog. Hanya memasang satu script iklan
inline saja sudah muncul pada setiap artikel blog. Namun, setelah saya
pelajarai lebih lanjut, ada beberapa faktor yang mendorong saya untuk
melepaskan atau mencopot script iklan tersebut. Beberapa faktor tersebut antara
lain;
Pertama, Hasil
Penelitian Jacob Nielsen yang menyimpulkan bahwa;
“One of misery design’s most insidious recent
examples is the idea of embedding links to advertising on the actual words of
an article using a service like IntelliTxt. By sullying the very concept of
navigation, such ads not only damage the user experience on the host site, they
poison the well for all websites. Such links make users even less likely to
navigate sites, and more likely to turn to trusted search engines to guide them
to the next page”
Terjemahannya
kira-kira seperti ini;
“Salah satu contoh design iklan yang paling
berbahaya adalah menyatukan link iklan pada kata-kata di sebuah artikel seperti
layanan IntelliTxt. Layanan iklan tersebut tidak hanya merusak pengalaman
pengguna situs, bahkan jenis layanan iklan ini meracuni semua situs web. Link
tersebut membuat pengunjung malas membuka navigasi situs, dan mereka lebih
cenderung beralih ke situs lain dengan mencarinya di mesin pencari” Lalu siapa
Jacob Nielsen? Silahkan sobat menuju langsung profil Jacob Nielsen
Kedua, Mengganggu
Pengunjung Blog
Alasan ini sebenarnya lebih pada hasil pengalaman
saya sendiri. Ketika blog walking ke beberapa blog berbahasa Inggris, sering
saya jumpai kemunculan inline ads. Pada saat sedang konsenstrasi memahami
artikel blog yang saya buka tersebut, tiba-tiba mata saya tertuju pada beberapa
kemunculan iklan pop up yang jujur saja sangat mengganggu. Bahkan ada beberapa
blog yang hampir separuh halama blog tertutup oleh iklan pop up tersebut. Alih-alih
melanjutkan membaca artikel tersebut, saya malah langsung menutup blog
tersebut. Hal ini kembali menyadarkan saya bahwa yang dicari pengunjung di blog
adalah informasi, dan bukannya iklan.
Ketiga,
Menurunkan Kredibilitas Blog
Kredibilitas sebuah blog merupakan impian setiap
blogger. Apalagi bagi blogger yang tengah belajar atau sedang berusaha
memonetizing blognya. Dengan kredibilitas, setidaknya pengunjung mengetahui
baik kualitas konten atau bahkan kualitas si pemilik blog. Dan dengan kualitas,
tentu trafik blog akan semakin ramai. Sayang sekali jika kredibilitas blog yang
dibangun dengan susah payah harus diinterupsi oleh kemunculan inline ads yang
justru menurunkan kredibilitas.
Inline ads ini memang masih menjadi perdebatan
terutama bagi para blogger dari luar negeri seperti Daniel Scocco dan Daren
Rowse. Namun, tiga alasan di atas sepertinya menjadi alasan yang kuat bagi saya
untuk tidak memasang inline ads di blog saya. Sebaliknya, secara pribadi sebenarnya
saya lebih suka memonetizing blog dengan cara direct advertising. Hanya saja,
trafik blog kemarin sore ini belum memungkinkan saya melangkah ke arah sana.
Lalu bagaimana dengan sobat? Adakah yang mau meluruskan pendapat saya di atas?
Atau apakah sobat punya anti tesis atas tulisan saya ini? Jika ada, saya akan
sangat menghargai pendapat, kritikan, bahkan penyangkalan dari sobat. Silahkan
dishare di kotak komentar. Terima kasih.


Memang kenyamanan buat pengunjung...faktor mutlak buat kreadibilitas satu blog ya mas..
ReplyDeleteDan sy mendapt pelajarn berharga dari tulisan ini.
Trims mas Ibra... :)
saya kira memang ketika kita blogwalking, yang kita cari adalah informasi dan bukannya iklan ya mas? trimakasih juga sudah berkomentar.
DeleteAku juga ga pake mas ..
ReplyDeleteAlasannya juga hampir sama :D
saya sempet pake beberapa waktu yang lalu, namun memang kemunculan inline ads sepertinya tidak mengenakan saya dan pengunjung blog saya pada umumnya. makasih udah mampir
Deleteiklan sih sah2 saja mas kalau tidak mengganggu informasi yang disampaikan, saya rada males kalau berkunjung diganggu dengan iklan melayaang dan berat,
ReplyDeletebenar banget mas Agus, saya juga males klo berkunjung ke blog orang kemudian saya diberi iklan pop up lebih dulu hehe
DeleteSebelumnya, saran saya opsi profil komentar diganti yang bebas aja, biar enak komennya :D
ReplyDeleteKalo menurut saya, semua itu tergantung masing-masing blogger. Jika menggunakannya dengan benar, pasti tak akan sampai mengganggu pembaca.
Yang penting sih jangan untuk blog bahasa Indonesia, karena dari sisi manapun, jelas akan menjelekkan blogger itu sendiri.
Penempatan inline ads juga harus diperhatikan. Halaman seperti halaman depan, halaman about us, contact, atau halaman2 penting lainnya tak perlu diberi. Karena pada saat itu, pembaca memang benar-benar membutuhkan apa yang disediakan disana.
Kemudian jumlahnya. Jumlah maksimal iklan yang tampil juga tentu kudu diliat baik-baik, jangan karna pengen earning nambah, iklan tampil disetel infiniti, bisa-bisa pengunjung yang datang langsung pergi gitu aja.
Terakhir, warna link.
Hampir semua inline ads provider memberi kemudahan para penggunanya untuk mengganti teks link yang ada. CSS bahkan boleh ditambahkan pada masing-masing link. Yang penting jangan PERNAH samakan link body biasa dengan link berbayar.
Dah itu saja menurut saya. Kesimpulannya inline ads bukanlah hal buruk, melainkan sebuah inovasi baru yang perlu dikembangkan kedepannya. Yang penting dari pribadi itu sendiri :)
Pertama, maksud perubahan profil komentar yang bagaimana ya kang?
ReplyDeleteKedua, saya sepakat bahwa semua memang tergantung dari blogger itu sendiri dalam memasang inline ads. Meski demikian, dari pengalaman saya, saya selalu tidak nyaman jika berkunjung di blog yang penuh dengan inline ads. Saya pikir, blogger yang memasang inline ads seperti yang anda maksud itu sangat jarang.
Ketiga, sebelum tulisan di atas saya tampilkan, beberapa kali saya turut berdiskusi di forum-forum blogger luar yang secara spesifik membahas soal inline ads.
Keempat, jika mungkin akan ada inovasi, saya pikir itu lebih baik. Sekali lagi terima kasih atas komentarnya, dan salam blogger...
di blog saya tiba-tiba terpasang yang begituan padahal saya tidak merasa memasangnya. cara menghilangkannya gimana ya??? mohon bantuan sobs
ReplyDelete